Antibiotik > Antagonis Folat


Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan jamur yang berkhasiat untuk menghambat perkembangbiakan atau membunuh mikroorganisme. Antibakteri atau antimikroba adalah substansi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri atau mikroorganisme seperti virus, jamur, protozoa, riketsia, dan lain-lain. Keduanya berfungsi sama tetapi bahan asalnya berbeda.

Antibacterial dikelompokkan menjadi 9 jenis yaitu:

  1. Penisilin
  2. Sefalosporin
  3. Makrolid
  4. Tetrasiklin
  5. Kloramfenikol
  6. Peptide dan sulfonamide
  7. Vankomisin
  8. Linkomisid
  9. Aminoglikosida

Berdasarkan asal bakterinya dikelompokkan menjadi :

  1. Antibakteri alamiah (diperoleh langsung dari alam)
  2. Antibacterial semisintetik
  3. Antibacterial sintetik

Berdasarkan mekanisme kerjanya yakni :

  1. Menghambat sintesis dinding sel dengan cara mematikan bakteri (bakterisidal) dengan cara memecah dan menghambat sintesa enzim
  2. Mengubah permeabilitas membrane sel dengan cara bekterisidal dan bakteriostatik dengan cara sel lisis karena hilangnya sustansi seluler
  3. Menghambat sintesa protein dengan cara memberikan efek bakterisidal dan bakteriostatik dengan cara menghambat tahap-tahap sintesis protein pada sel kuman tanpa mempengaruhi sel normal tubuh
  4. Mengganggu metabolisme sel dengan cara bakteriostatik dengan cara mengganggu tahap metabolism sel

Koenzim asam folat diperlukan untuk sintesis purin dan pirimidin (precursor DNA dan RNA) dan senyawa-senyawa lain diperlukan untuk pertumbuhan seluler dan replikasi. Bila sama folat tidak ada sel-sel tidak dapat tumbuh atau membelah.

Bakteri tidak dapat mengabsopsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat dari PABA (Asam Paraaminobenzoat), pteridin, dan glutamate. Untuk manusia, asam folat merupakan suatu vitamin. Kita tidak dapt menyintesis asam folat. Hal tersebut menyebabkan jalur metabolic ini menjadi suatu target yang baik dan selektif untuk senya-senyawa antimikroba.

Mekanisme kerja obat-obat antagonis folat terbagi atas penyekat sintesis folat (Sulfonamida), penyekat reduksi folat (Trimetropim), penyekat sintesis dan reduksi folat (Kombinasi antara sulfonamide dan trimetropim/kotrimoksasol).

  1. SULFONAMIDA

Sulfonamide berupa Kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air tetapi garam natriumnya mudah larut. Sulfonamide mempunyai spectrum bakteri yang luas, meskipun kurang kuat dibandingkan dengan antibiotic dan strain mikroba yang resisten makin meningkat. Golongan obat ini umumnya bersifat bakteriostatik, namun pada kadar yang tinggu dalam urin dapat bersifat bakterisid.

Mekanisme Kerja

Kuman memerlukan PABA untuk membentuk asam folat yang digunakan untuk sintesis purin dan asam-asam nukleat. Sulfonamide merupakan penghambat bersaing PABA. Efek antibakteri sulfonamide dihambat oleh adanya darah, nanah, dan jaringan nekrotik karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang mengandung basa purin dan timidin. Dalam proses sintesis asam folat, bila PABA digantikan oleh sulfonamide maka akan terbentuk analog asam foalt yang tidak fungsional.

Farmakokinetik

Absorbsi melalui saluran cerna mudah dan ceapt, kecuali beberapa macam sulfonamide yang khusus digunakan untuk infeksi local pada usus. Kira-kira 70-100% dosis oral sulfonamide diabsopsi melalui saluran cerna dan dapat ditemukan dalam urin 30 menit setelah pemberian. Absorpsi terutama terjadi di usus halus, tetapi beberapa jenis sulfa dapat diabsorpsi melalui lambung.

Distribusi pada semua sulfonamide terikat pada protein plasma terutama albumin dalam derajat yang berbeda. Obat ini trsebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk infeksi sistemik. Kadar taraf CSS (Cairan serebropsinal) otak mencapai 10-80% dari kadar dalam darah, pada meningitis kadar ini lebih tinggi lagi.

Metabolisme dalam tubuh, sulfa mengalai asetilasi dan oksidasi. Hasil oksidasi inilah yang sering menyebabkan reaksi toksis sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala hipersensitivitas, sedangkan asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat. Bentuk asetil pada N-4 merupakan metabolit utama, dan beberapa sulfonamide yang terasetilisasi lebih sukar larut dalam air sehingga sering meyebabkan kristaluria atau komplikasi ginjal lainnya.

Ekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil maupun bentuk bebas. Masa paruh sulfonamide tergantung pada keadaan fungsi ginjal sebagian kecil disekresikan melalui tinja, empedu dan air susu ibu.

Indikasi Dan Kriteria Penggunaan

Akibat meningkatnya galur bakteri yang resistensi dan pengembangan antibiotika yang manjur, penggunaan sulfonamide sudah jauh bekurang. Sulfonamide masih digunakan antara lain pada infeksi saluran urin, ulkus molle, dan bersama diamino-benzilpirimidin pada berbagai penyakit.

Sulfonamide tidak tepat untuk virus. Pada tiap pengobatan harus diperhatikan untuk indikasi yang tepat. Penggunaan local harus dihindari karena bahaya sensibilisasi terutama penanganan beberapa infeksi mata, seperti trachoma.

Penggunaan Dosis

  1. Sulfonamide kerja singkat rata-rata digunakan 50-100 mg/kg bobot badan per hari secara oral
  2. Sulfonamide kerja sedang rata-rata digunakan 25-50 mg/kg bobot badan per hari secara oral
  3. Sulfonamide kerja panjang rata-rata digunakan 10-20 mg/kg bobot badan per hari secara oral

Efek Samping

Reaksi yang tidak dapat diterima oleh tubuh seperti tak ada nafsu makan,  nausea, rangsangan muntah, dan lain-lain. Kerusakan ginjal disertai dengan hematuria, albuminuria, oliguria, atau anuria. Alergi dan hipersentitivitas.

Kontra Indilkasi

Sulfonamide tidak digunakan pada : penyakit ginjal, insufisiensi jantung, porfiria akut, defisiensi bawaan dari glukosa-6-fosfat-dehidrigenase, kerusakan parenkim hati, hipersensitivitas terhadap sulfonamide, wanita hamil, dan bayi yang baru lahir.

Sediaan Dipasaran

  1. Sulfonamide kerja singkat
    1. Sulfakarbamida        : Euvernil
    2. Sulfafurazol             : Gantrisin
    3. Sulfisomidin                        : Aristamid, Elkosin
    4. Sulfonamida kerja sedang
      1. Sulfadiazine                        : sulfadiazine Heyl, komponen dari preparat kombinasi dengan tetraksoprim
      2. Sulfametoksasol      : komponen dari preparat kombinasi dengan trimetoprim
      3. Sulfonamide kerja panjang
        1. Sulfametoksipiridazin           : Lederkyn
        2. Sulfametoksidiazin               :  Durenat
        3. Sulfaperin                            : Pallidin
        4. Sulfadimetoksin                   : Madribon
        5. Sulfametoksipirazin              : Longum
        6. Sulfonamide yang sulit diabsopsi
          1. Sulfaguanol                         : Enterocura
  1. TRIMETROPIM

Trimetropim adalah suatu diamino-pirimidin yang bersifat basa lemah dengan pKa 7,3 dan sedikit larut dalam air. Spectrum bakteri trimetropim sama dengan sulfametoksazol, meskipun daya antibakterinya 20-100 kali lebih kuat dari pada sulfametoksazol.

Mekanisme Kerja

Bentuk folat aktif adalah derivate tetrahidro yang dibentuk melalui reduksi oleh dihidrofolat reduktase. Reaksi enzimatik ini dihambat oleh trimetropim, yang menimbulkan turunnya koenzim folat purin, pirimidin dan sintesis asam amino. Afinitas enzim reduktase bakteri terhadap trimetropim lebih kuat dibandingkan dengan enzim mamalia, yang dapat diperhitungkan sebagai toksisitas selektif obat.

Farmakokinetik 

Trimetropim cepat didistribusi ke dalam jaringan dan kira-kira 40% terikat pada protein plasma dengan adanya sulfametoksazol. Volume distribusi trimetropim hamper 9 kali lebih besar daripada sulfametoksazol. Obat masuk ke CSS dan saliva dengan mudah. Ditemukan dalam kadar tinggi di empedu. Terikat pada protein plasma sampai 60%. Diekskresi melalui urin dalam 24 jam setelah pemberian.

Indikasi Dan Kriteria Penggunaan

Pada pemakaian oral absorpsi cepat dan baik, waktu paruh sekitar 10jam. Trimetropim digunakan pada infeksi saluran urin selama sekurang-kurangnya satu minggu.

Penggunaan Dosis

Trimetroprim digunakan pada infeksi saluran urin selama sekurang-kurangnya satu minggu dengan dosis 400mg. pada terapi jangka panjang digunakan malam hari 100mg.

Efek Samping

Trimetropim dapat menyebabkan defisiensi folat, yaitu berupa anemia megaloblastik, leucopenia, dan granulositopenia. Reaksi ini dapat segera diperbaiki dengan pemberian asam folinat secara simultan yang tidak dapat masuk ke dalam bakteri.

Kontra Indilkasi

Trimetropim tidak digunakan pada trombositopenia dan granulositopenia, anemia megaloblastik selama kehamilan.

Sediaan Dipasaran

  1. Pirimetamin       : Fansidar, Suldox
  2. Trimetropim       : Tobyprim, monotrim
  3. KOTRIMOKSASOL

Trimetropim lebih sering dikombinasi dengan sulfa yaitu sulfametoksazol. Kombinasu yang dihasilkan disebut kotrimoksazol yang menunjukkan aktivitas antimikroba yang lebih besar dibandingkan bila obat ini diberikan secara tunggal. Kombinasi ini dipilih karena kemiripan farmakokinetik dari kedua obat.

Trimetropim dan sulfametoksazol menghambat reaksi enzimatik oblgat pada dua tahap yang berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi kedua obat memberikan efek sinergi. Penemuan sediaan kombinasi ini merupakan kemajuan dalam usaha meningkatkan efektivitas klinik antimikroba.

Kombinasi trimetroprim-sulfametoksazol mempunyai spectrum kerja yang luas dibandingkan sulfa.

Mekanisme Kerja

Aktivitas kotrimoksazol sinergistik disebabkan oleh inhibisi dua langkah berturutan pada sintesis asam tetrahidrofolat; sulfametoksazol menghambat penggabungan PABA ke dalam asam folat; dan trimetropimmencegah reduksi dehidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Kotrimoksazol menunjukkan aktivitas yang lebih poten dibandingkan sulfametoksazol atau trimetroprim tunggal.

Farmakokinetik

Rasio kadar sulfametoksazol dan trimetroprim yang ingin dicapai dalam darah ialah sekitar 20 : 1. Karena sifatnya yang lipofilik, trimetroprim mempunyai volume distribusi yang lebih besar dari pada sulfametoksazol.

Trimetroprim cepat didistribusi ke dalam jaringan dan kira-kira 40% terikat pada protein plasma dengan adanya sulfametoksazol. Volume distribusi trimetroprim hamper 9 kali lebih besar dari sulfametoksazol. Obat masuk ke CSS dan saliva dengan mudah. Masing-masing komponen juga ditemukan dalam kadar tinggi di dalam empedu. Kira-kira 65% sulfametoksazol terikat pada protein plasma. Sampai 60% trimetroprim dan 25-50% sulfametoksazol diekskresi melalui urin dalam 24 jam setelah pemberian. Dua-pertiga dari sulfonamide tidak mengalami konjugasi. Metabolit trimetroprim ditemukan juga di urin.

Indikasi Dan Kriteria Penggunaan

Dengan hambatan metabolism asam folat pada dua tempat maka terjadi efek sinergis karena spectrum kerja diperluas dan berkurangnya bahaya terjadinya resistensi dibandingkan dengan monoterapi dengan trimetroprim saja, maka kombinasi trimetroprim dan sulfonamide digunakan pada berbagai infeksi bakteri. Misalnya pada pneumonia pneumokistis karnii (PCP), infeksi genital, infeksi respiratorius, infeksi gastrointestinal, dan infeksi prostat dan traktus urinarius.

Penggunaan Dosis

  1. Kotrimoksazol tersedia dalam bentuk tablet oral mengandung Sulfametoksazol 400mg dan Trimetroprim 80mg serta Sulfametoksazol 800mg dan Trimetroprim 160mg
  2. Untuk anak tersedia juga bentuk suspense oral mengandung Sulfametoksazol 200mg dan Trimetroprim 40mg/5ml
  3. Tablet pediatric yang mengandung Sulfametoksazol 100mg dan Trimetroprim 20mg
  4. Pemberian IV sediaan infuse mengandung Sulfametoksazol 400mg dan Trimetroprim 80mg/5ml

Dosis dewasa umumnya ialah Sulfametoksazol 800mg dan Trimetroprim 160mg setiap 12 jam.

Efek Samping

Reaksi pada kulit, saluran cerna (Seperti mual, muntah, serta glositis dn stomatitis jarang terjadi), darah (anemia megaloblastik leucopenia, dan trombositopenia), pasien HIV (pasien yang dengan tanggapan imun yang lemah dengan pneumonia Pneumocystis lebih sering mengalami demam).

Kontra Indilkasi

Kombinasi ini tidak digunakan pada kerusakan parenkhim hati dan ginjal yang parah, hipersensitivitas terhadap sulfa, selama kehamilan dan bayi premature serta bayi baru lahir.

Sediaan Dipasaran

Kotrimoksazol : Contrimoksazol, Bimactrim, Bactrizol, Decatrim, Hufacid

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, S ; 1995. Farmakologi dan Terapi. UI Press . Jakarta

Mustcher. 1991. Dinamika Obat. ITB. Bandung

Mycek, J.Mary, dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika. Jakarta

Sutedjo. 2008. Mengenal Obat-Obatan Secara Mudah dan Aplikasi Dalam Perawatan. Amara Books. Yogyakarta

Tjay, Tan Hoan; 2002. Obat – Obat Penting. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

^Klik Me^

  1. Very interesting points you have noted , regards for putting up. “Never call an accountant a credit to his profession a good accountant is a debit to his profession.” by Charles J. C. Lyall.

  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar